Menlu RI: Kejadian Penyanderaan Tidak Dapat Ditolerir Lagi
By Admin
nusakini.com--Menteri Luar Negeri Retno L.P. Marsudi menyampaikan Press Statement di hari pertama seusai melakukan Halal Bihalal dengan seluruh staf dan karyawan Kementerian Luar Negeri di R. Palapa, Kemlu (11/7).
Memulai pernyataannya, Menlu Retno menyampaikan ucapan selamat Hari Raya Idul Fitri, "Saya atas nama pribadi dan keluarga besar Kementerian Luar Negeri menyampaikan ucapan selamat Hari Raya Idul Fitri, 1 Syawal 1437 H. Mohon maaf lahir dan batin. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan berkah bagi negara dan bangsa Indonesia dan juga semoga Allah SWT memberikan keberkahan perdamaian kepada dunia," tutur Menlu Retno.
Dua informasi yang disampaikan Menlu Retno adalah terkait dengan perkembangan penanganan 7 sandera ABK-WNI dan penyanderaan baru 3 ABK WNI.
Pertama, bahwa penanganan pembebasan sandera dilakukan secara terpadu melalui Crisis Center di bawah koordinasi Menko Polhukam. Dari hari ke hari komunikasi dan koordinasi terus dilakukan, temasuk komunikasi dengan pihak penyandera. Dari komunikasi tersebut diterima informasi bahwa, pertama ke-tujuh ABK para sandera meskipun terdengar dalam kondisi lelah, namun dalam kondisi baik. Yang kedua, Para sandera masih terus berpindah -pindah dalam dua kelompok. Diperkirakan mereka masih berada di sekitar pulau Sulu. Ketiga, informasi mengenai latar belakang kelompok penyandera telah lebih jelas.
Pada tanggal 1 Juli 2016, hari pertama sejak administrasi pemerintahan baru Filipina, Menlu RI telah melakukan pertemuan bilateral dengan Menlu Filipina. Di dalam pertemuan tersebut, Menlu RI telah menyampaikan surat Presiden RI Joko Widodo kepada Presiden Filipina dan menyampaikan surat yang intinya berisikan:
1. Ucapan selamat .
2. Harapan hubungan baik kedua negara akan dapat lebih ditingkatkan.
3. Presiden RI memintakan perhatian khusus terhadap masalah penyaderaan WNI.
Pada tanggal 7 Juli 2016, Presiden RI Joko Widodo juga telah melakukan komunikasi dengan Presiden Filipina Duterte dan mengulangi lagi pesan yang telah disampaikan dalam surat beliau.
Terkait penyanderaan 3 ABK-WNI, Menlu Retno menerangkan, pada tanggal 9 Juli 2016, sekitar pukul 23.30 WS, telah terjadi perompakan terhadap kapal pukat penangkap ikan LLB 113/5/F berbendera Malaysia di perairan Malaysia, atau tepatnya di sekitar wilayah Felda Sahabat, Lahat Datu, Malaysia. Kejadian tersebut baru dilaporkan oleh pemilik kapal pada (10/7) kepada kepolisian Lahat Datu.
Menurut laporan yang diterima, kapal disergap oleh speedboat dan dinaiki 5 lelaki bersenjata api. Dari 7 ABK kapal ikan tersebut, 3 diculik dan 4 dibebaskan. ABK yang diculik diketahui seluruhnya adalah WNI. Penculik membawa sandera ke arah perairan Tawi-Tawi, Filipina Selatan. Kepolisian Lahat Datu Malaysia telah mengkonfirmasi kejadian tersebut dan sekaligus mengkonfirmasikan bahwa 3 ABK yang disandera adalah WNI yang memiliki izin kerja yang sah di Malaysia. Kemarin pada (10/7) pihak penyandera sudah menghubungi pemilik kapal di Lahat Datu melalui ABK yang disandera.
Setelah menerima informasi tersbut, Kemenlu telah berkoordinasi dg 4 Perwakilan RI, yaitu: KBRI Kuala Lumpur, Konsulat Republik Indonesia (KRI) di Tawau, KBRI Manila, dan KJRI Davao untuk memantau lebih jauh perkembangan kasus ini.
KRI Tawau telah mengirimkan staf teknis kepolisian untuk berkoordinasi dengan otoritas setempat dan pemilik kapal di lahat Datu, Malaysia.
Pada Senin (11/7) pagi,Menlu Retno Marsudi telah melakukan koordinasi dg Menlu Filipina dan Menlu Malaysia untuk memintakan kembali perhatian terhadap kasus baru ini.
"Kejadian seperti ini merupakan kejadian yang sama sekali tidak dapat ditolerir," tegas Menlu Retno. Upaya serius harus dilakukan segera, baik oleh Pemerintah Filipina maupun oleh Pemerintah Malaysia dan Pemri siap melakukan kerja sama dalam upaya pembebasan sandera dalam waktu yang sesegera mungkin, tentunya keselamatan sandera merupakan tetap merupakan prioritas bagi kita," tutup Menlu. (p/ab)